1.
ABSTRAK
Pada makalah ini, penulis akan melakukan
penganalisisan terhadap tuturan Oom Pasikom dalam teori makna yang
disebutkan oleh Leech. Penulis akan menganalisis tuturan Oom Pasikom
menggunakan tiga teori makna dari tujuh tipe makna yang dikemukakan oleh Leech.
Tiga teori makna tersebut meliputi makna stilistik, makna afektif, dan maka
tematik. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kandungan makna stilistik, makna afektif, dan makna
tematik terhadap tuturan karikatur Oom Pasikom.
Tuturan Oom Pasikom pada karikatur pertama “Korban bencana kek, kelaparan kek, kurang gizi kek,
makan nasi aking kek, berapa ribu kali saya bilang, saya wakil rakyat tauk!!” Lalu tuturan Oom Pasikom karikatur yang kedua “Jadi
kemakmuran kamu cukup saya yang mewakili”
Makna
stilistik, makna afektif, makna tematik pada umumnya menganalisis tentang penyampaian
pesan penutur terhadap pendengar. Pada tuturan Oom Pasikom ini telah tampak
jelas bahwa penutur menggunakan
nada tidak sopan untuk mengungkapkan ketidaksenangan. Walaupun begitu penutur
masih menggunakan intonasi dan penekanan pada
kata-kata tertentu. Hal ini bertujuan agar tuturan yang diucapkan oleh penutur
dapat diterima pendengar dengan baik.
2.
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah
Sehubungan dengan mata kuliah Semantik, yang dibicarakan pada makalah
ini adalah makna dari gaya bahasa Oom Pasikom yang tentunya tidak dapat
terlepas dari gaya bahasa itu sendiri. Makna bahasa,
khususnya makna kata, berpengaruh oleh berbagai konteks. Makna kata dapat
dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi
ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda atau
objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk oleh
konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa.
Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan
bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi di luar
bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam
menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbeda
terhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk
oleh kaitan antara stimulus, kata dengan respon yang terjadi dalam suatu
peristiwa ujaran.
Kajian makna kata dalam konteks ini pada gilirannya tentu dapat menjawab
permasalahan makna kalimat. Pemahaman makna
semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa. Ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dengan mempelajari dan menguasai semantik. Pertama, secara
langsung kita akan mempunyai pengetahuan tentang makna bahasa secara mendalam.
Kedua, penguasaan semantik akan meningkatkan kompetensi pembelajaran bahasa
karena penguasaan makna akan berkaitan erat dengan sejumlah mata kuliah lain,
yakni morfologi, sintaksis, pragmatik, fonologi, menulis. Jadi, dengan memahami
dan menguasai semantik akan mempermudah dan memperlancar dalam pembelajaran
bahasa berikutnya.
Pada makalah ini, penulis akan melakukan penganalisisan terhadap tuturan Oom
Pasikom dalam teori makna yang disebutkan oleh Leech. Leech (2003)
menyebutkan dengan membedakan tujuh tipe makna dalam studi semantik.
Makna-makna tersebut meliputi makna
konseptual, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna reflektif,
makna kolokatif, dan makna tematik. Sedangkan
tuturan
Oom Pasikom adalah tuturan yang dituturkan seseorang pejabat kepada
rakyat jelata. Penulis akan menganalisis tuturan Oom Pasikom menggunakan
tiga teori dari tujuh tipe makna yang dikemukakan oleh Leech. Tiga teori makna tersebut
meliputi makna stilistik, makna afektif, dan maka tematik. Penulis memilih
menggunakan ketiga teori tersebut karena makna stilistik, makna afektif, dan makna
tematik tersebut muncul pada tuturan Oom Pasikom.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan sebagai
berikut:
a. Bagaimana letak makna stilistik terhadap tuturan
karikatur Oom Pasikom?
b. Bagaimana letak makna afektif terhadap
tuturan karikatur Oom Pasikom?
c. Bagaimana letak makna tematik terhadap
tuturan karikatur Oom Pasikom?
2.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui letak makna stilistik,
makna afektif, dan makna tematik terhadap
tuturan karikatur Oom Pasikom.
3.
KAJIAN TEORI
3.1 Jenis Makna
Pateda (1986) secara alfabetis telah
mendaftarkan adanya 25 jenis makna, yaitu makna afektif, makna denotatif, makna
deskripif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna iseasional,
makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna ideasional, makna
intensi, makna gramatikal, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna
konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna leksikal, makna luas,
makna piktonal, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna
sempit, makna stilistik, makna tematis. Berbeda dengan Leech (2003) yang
menyebutkan dengan membedakan tujuh tipe makna dalam studi semantik.
Makna-makna tersebut meliputi makna
konseptual, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna reflektif,
makna kolokatif, dan makna tematik.
3.2 Makna Stilistik
Makna stilitik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan
sosial penggunaannya. (Geoffrey Leech, 2003:25) Kita mengenali kata atau ucapan
sebagai dialek, yaitu yang menunjukkan kepada kita tentang asal-usul penutur
menurut lingkungan geografisnya atau lingkungan sosialnya. Ciri lainnya adalah
dari bahasanya menunjukkan kepada kita tentang sesuatu hubungan sosial antara
penutur dan pendengarnya, kita mendapatkan skala ‘status’ pemakaiannya.
Barangkali tidak mengherankan pula ketika kita menemukan kata yang mempunyai
makna konseptual yang sekaligus juga makna stalistik yang sama.
Makna stilistik berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan
adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. (Abdul Chaer,
2009:73)
3.3 Makna Afektif
Makna afektif adalah istilah yang dipakai untuk jenis makna,
seringkali secara eksplisit diwujudkan dalam kandungan konseptual atau
konotatif dari kata-kata yang dipergunakan. (Geoffrey Leech, 2003:28) Kita bisa
melihat bahwa bahasa juga dapat mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk
sikapnya terhadap pendengarnya, atau sikapnya mengenai sesuatu yang
dikatakannya.
Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa
secara pribadi, baik terhadap lawan maupun terhadap objek yang dibicarakan.
Makna afektif lebih terasa secara lisan daripada secara tertulis. (Abdul Chaer,
2009:73) Makna afektif sebagian besar termasuk kategori parasit dalam arti
bahwa untuk mengungkapkan emosi, kita menggunakan perantara kategori makna yang
lain konseptual, konotatif, atau stilistik. Ungkapan emosional melalui gaya
misalnya saja terlontar jika kita menggunakan nada tidak sopan untuk
mengungkapkan ketidaksenangan. Di samping itu ada unsur-unsur bahasa (terutama
kata seru seperti Aha! Yippi!) yang fungsinya adalah adalah mengungkapkan
emosi. Jika kita menggunakan ini, kita mengkomunikasikan perasaan dan sikap
tanpa perantara fungsi semantik yang lain. ((Geoffrey leecg, 2003:29)
3.4 Makna Tematik
Kategori terakhir dari tujuh tipe makna Leech adalah makna tematik.
Makna tematik yaitu makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau
penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus, dan penekanan.
(Geoffrey Leech, 2003:33) Jadi, makna tematik dikomunikasikan dengan cara di
mana pesannya disusun atas dasar urutan dan tekanan. Efek komunikatif ke semua
kalimat itu mungkin berbeda, ke semua kalimat itu tidak selalu sama dengan satu
konteks.
4.
ANALISIS
Pemaknaan
terhadap ujaran sangat ditentukan oleh persepsi pengguna bahasa akan situasi
berbahasa yang dihadapinya. Kajian makna dalam semantik leksikal lebih mendasarkan
pada peran makna kata dan hubungan makna yang terjadi antarkata dalam suatu
bahasa. Hubungan makna antar kata baik yang bersifat sintagmatik dan
paradigmatik kerap digunakan untuk menjawab permasalahan makna kata. Kajian
makna kata dalam konteks ini pada gilirannya tentu dapat menjawab permasalahan
makna kalimat. Sebab sebagaimana kerap dikemukakan oleh ahli semantik bahwa
makna kalimat bergantung pada makna kata yang tercakup dalam kalimat tempat
kata itu terangkai. Peran kajian makna kata berdasarkan hubungan makna ini
terasa penting mengingat tidak semua makna kata dapat dijelaskan oleh
keterkaitannya dengan objek yang digambarkan oleh kata itu. Makna kata-kata
yang bersifat abstrak, misalnya hanya mungkin dapat dijelaskan maknanya oleh
hubungan makna antarkata dalam suatu bahasa.
Pada tuturan Oom Pasikom terlihat ada tuturan
yang menunjukkan keberadaan makna stilistik. Makna tersebut terkandung dengan
bahasa yang digunakan oleh penutur menunjukkan lingkungan sosial pengguna.
Dialek yang dituturkan penutur dapat dianalisis bahwa penutur berasal dari
golongan atas/pejabat. Hal ini bisa ditunjukkan dengan kata-kata “.....Saya
wakil rakyat tauk” dan pada tuturan “Jadi kemakmuran kamu cukup saya
yang mewakili”. Pada tuturan tersebut sudah terlihat jelas bahwa penutur
adalah seorang wakil rakyat. Tuturan yang dihasilkan dapat menunjukkan kepada
kita tentang asal-usul penutur dengan lingkungan geografisnya. Pada makna
stilistik juga dijelaskan mengenai skala status hubungan sosial penutur dan
pendengar. Hubungan sosial status keduanya pada tuturan Oom Pasikom memang
tampak jelas. Yaitu seoarang penutur yang dari golongan atas dan pendengar dari
golongan bawah/rakyat biasa.
Pada kajian
teori makna yang kedua penulis mengambil makna afektif. Analisis tuturan Oom
Pasikom dengan makna afektif tampak pada skala peringatan penutur dengan ketidaksopanannya
terhadap pendengar. Tuturan penutur ada unsur bahasa yang memerlihatkan bahwa
penutur tersebut sedang emosi. Unsur bahasa yang menandakannya adalah kata “kek!”
yang diucapkan berulang kali. Unsur-unsur
bahasa tersebut (terutama kata kek! dan tauk!) yang fungsinya adalah adalah
mengungkapkan rasa emosi. Memang tampak jelas
bahwa penutur tampak emosi menuturkan beberapa patah kata kepada pendengar. Hal
ini bisa dibuktikan pada tuturan “Korban bencana kek, kelaparan kek, kurang
gizi kek, makan nasi aking kek, berapa ribu kali saya bilang, saya wakil rakyat
tauk!!” Pada tuturan tersebut memang sudah tampak jelas bahwa penutur menggunakan nada tidak sopan untuk
mengungkapkan ketidaksenangan.
Analisis
yang ketiga menggunakan makna tematik. Makna tematik terlihat ketika cara
penutur menata pesannya secara fokus dan tampak adanya penekanan. Kefokusan dan
penekanan tersebut tampak pada empat kali penutur mengucapkan kata “kek” dan satu
kali mengucapkan kata “tauk”. Hal ini yang menyebabkan suatu tuturan terlihat
berintonasi. Jika suatu tuturan tidak diucapakan dengan intonasi yang tepat
maka pesan/maksud yang diharapkan tidak dapat disampaikan kepada pendengar dengan
baik.
5.
SIMPULAN
Pada
tuturan karikatur Oom Pasikom mengandung makna stilistik, makna afektif,
dan makna tematik.
Makna afektif
tampak pada bahasa yang digunakan oleh penutur yang menunjukkan lingkungan
sosial pengguna. Dialek yang dituturkan penutur dapat dianalisis bahwa penutur
berasal dari golongan atas/pejabat.
Makna
afektif terlihat pada tuturan “Korban bencana kek, kelaparan kek, kurang
gizi kek, makan nasi aking kek, berapa ribu kali saya bilang, saya wakil rakyat
tauk!!” Pada tuturan tersebut memang tampak jelas bahwa penutur menggunakan nada tidak sopan untuk
mengungkapkan ketidaksenangan.
Makna
tematik terletak ketika tuturan tersebut memang membutuhkan intonasi. Jika
suatu tuturan tidak diucapakan dengan intonasi yang tepat maka pesan/maksud
yang diharapkan tidak dapat disampaikan kepada pendengar dengan baik.