KONSEP PENAFSIRAN PEMBACA DALAM CERPEN REMBULAN DI MATA IBU KARYA ASMA NADIA MELALUI PENDEKATAN HEURMENEUTIKA RICOUER
Bahasa dan Sastra Minggu, November 06, 2011Konsep penafsiran pembaca tergambar pada sebuah teks yang selalu berhubungan dengan masyarakat, tradisi, atau aliran yang hidup dari bermacam-macam gagasan. Sebuah teks harus ditafsirkan dalam bahasa yang tidak pernah tanpa pengandaian dan diwarnai dengan situasi pembaca dalam waktu yang khusus. Sebuah teks mempunyai tempat di antara penjelasan struktural dam pemahaman hermeneutik yang berhadapan satu dengan lainnya.
Menurut penafsiran pembaca, cerpen Rembulan di Mata Ibu tergambar bahwa tokoh Ibu masih menganut budaya setempat/tradisi. Tradisi yang digunakan pada lingkungan tersebut masih bersifat kedaerahan. Hal itu terlihat pada:
Pertama, penunjuk tokoh Ibu yang melarang tokoh ‘aku’ untuk tidak mejadi perempuan yang terlalu sering melamun padahal tokoh aku tidak sedang melamun akan tetapi membaca. Ibu tidak menyukai kebiasann tokoh ‘aku’ seperti itu. Kedua, ketika tokoh aku terbiasa mengikuti rapat, ibu mengecamnya bahwa rapat tidak akan menghasilkan uang padahal itu dilakukan untuk menyumbangan pikiran guna kemajuan desa. Hal itu dapat diartikan bahwa jalan pikiran Ibu masih ingin anaknya berada di rumah untuk membantu memasak, tidak keluyuran dan membuang-buang waktu untuk rapat yang tidak jelas arah tujuannya. Ketiga, cara berpakaian tokoh ‘aku ‘ selalu tidak pernah benar di mata Ibu. Ibu sebenarnya hanya ingin anaknya terlihat baik di mata masyarakat. Masyarakat pun akan menilai seseorang dengan cara berpakaiannya. Mungkin sang Ibu hanya ingin anaknya tidak mendapat gunjingan dari masyarakat. Keempat, tradisi desa bahwa perempuan nantinya hanya akan berada di dapur oleh karenanya Ibu tidak setuju tokoh ‘aku’ mempersiapkan diri menghadapi tes beasiswa. Hal itu disebabkan pula karena Ibu masih belum mengetahui bagaimana manfaat pendidikan tinggi bagi anak-anaknya sehingga menentang anaknya untuk melanjutkan sekolah ke kota-kota besar. Apalagi dipengaruhi faktor anak tetangga Ibu yakni si Retno dan Sumirah serta anak Pak Haji Tarjo karena kedapatan saat mereka sekolah ke kota besar dan hasilnya menjadi perempuan jalang. Sang ibu sangat takut jika anaknya tersebut seperti anak tetangganya. Oleh sebab itu, Ibu berpikir bahwa tak ada tempat aman kecuali di kampung sendiri. Ibu tak ingin tokoh ‘aku’ membuat malu nama keluarga yakni pulang dengan membawa aib.