Pada Sebuah Kebesaran Hati

Kamis, Desember 12, 2019

Hidup indah itu impian bagi semua orang. Hidup indah itu idaman seluruh manusia di bumi. Hidup indah yaitu saat keinginan menjadi kenyataan. Namun, hidup indah hanya milik sebagian orang saja. Bahkan hanya milik seorang saja. Mengapa bisa terjadi? Karena manusia lupa. Lupa akan pentingnya bersyukur kepada Tuhan, pemilik dunia ini.

Sebenarnya keindahan, indah dalam hidup bisa berada pada genggaman jika manusia selalu menikmati apa yang Tuhan gariskan. Saat dirundung pilu manusia tetap tersenyum. Saat diterpa sesuatu yang membuat hati tersayat tetap tersenyum. Itulah indahnya hidup yang berliku-liku. Tidak sepenuhnya sesuai apa yang kita ingin. Musibah, bencana, kesedihan merupakan bagian dari rencana Tuhan agar kita menjadi kuat. Kuat menghadapi hari-hari. Tidak perlu sedih berkepanjangan, Tuhan yang memiliki kehidupan ini.

Kadang-kadang saya berpikir bahwa semua yang kita miliki di dunia merupakan pemberian. Juga merupakan sebuah titipan. Jika titipan dan pemberian itu diambil, buat apa kita bersedih, buat apa kita menangisi segala-galanya. Perlu hati yang tenang dan pikiran yang jernih untuk mengatasi kegelisahan itu. Tuhan menciptakan dan Tuhan akan meniadakan. Maka, yang kita lakukan adalah menjadi baik, baik bagi semua makhluknya di dunia dan baik kepada sang pencipta.

Saya pernah mengalami kejadian yang membuat hati saya menjadi hancur berantakan. Itu terjadi saat saya duduk di bangku SMA. Saya masih ingat saya saat itu berumur enam belas tahun. Mungkin itu pertama kalinya saya jatuh cinta dengan lawan jenis. Dan saat itu pula dia juga sangat mencintai saya. Saya tidak bisa menggambarkan bahwa hati kita saat itu sedang berbunga-bunga. Berbulan-bulan kita memadu kasih dan tidak ada sesuatu masalah dalm hubungan ini. Namun saat akan menginjak satu tahun, si dia memutuskan hubungan yang telah kita jalin. Saya sangat keberatan dengan keputusan yang diambil. Saya sangat terpukul dengan keputusan yang saya anggap hanya bertepuk sebelah tangan. Saya menangis di hadapannya dan saya memohon agar dia memikirkan keputusan yang diambil. Beribu-ribu alasan dilontarkan dalam mulutnya. Mataku hanya menerawang matanya yang tak tampak kesedihan sama sekali.

Keinginan saya tidak dikabulkan olehnya. Saya harus memadamkan kobaran cinta ini seorang diri. Bahkan saya hanya mampu menuliskannya pada lembaran diary yang setia. Hari demi hari dilalui, tidak ada hitungan minggu saya mendapati kabar bahwa dia telah menjalin cinta dengan sahabat sekaligus tetangga saya sendiri. Saya hancur seketika dan saya sangat tertekan. Orang yang telah saya percaya ternyata dapat berbuat demikian. Saya marah kepada segala-galanya. Namun lama-lama saya sadar, Tuhan menghadirkan seseorang dan juga meniadakan seseorang. Jadi, tidak ada keabadian di dunia ini. Saya sadar dan saya mohon ampun sebanyak-banyaknya kepada Tuhan atas rasa yang berlebihan.

Akhirnya, saya mampu bangkit dari kesedihan. Saya pun akhirnya dapat menerima sahabat saya yang mencintai seseorang yang saya cintai dahulu. Kami tetap bersahabat selama-lamanya. Saya yakin, Tuhan memberikan sebuah pelajaran berharga dari masalah ini. Semua yang ada di depan itu harus kita jalani dengan sebuah kesabaran karena arti kesabaran akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

You Might Also Like

0 Komentar