Mengajar di Era Revolusi Industri 4.0

Rabu, November 06, 2019


Sebelumnya terima kasih kepada kalian yang sudah mampir di akun blog saya. Mohon maaf apabila dalam menulis ada hal yang menyinggung dan tidak berkenan. Sekali lagi yang bernama manusia pasti terlahir begitu, ada yang salah dan ada yang benar. Apalagi laki-laki yang selalu salah dan perempuan yang selalu benar

Sebuah bangsa dapat diubah melalui seorang guru karena gurulah yang menentukan arah dari pemuda bangsa. Pemuda bangsa yang hebat terbentuk karena ada guru yang hebat. Maka, marilah jadilah guru yang hebat. Meski badai menghadang dan angin berhembus tidak akan menyurutkan pengabdian sebagai seorang guru untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang damai ini.

Datangnya Era Revolusi Industri 4.0 memang menuntut guru untuk mengubah pola pembelajaran bersifat dua arah. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Dengan demikian, siswa menjadi tidak bosan dan tentunya akan menghasilkan diskusi yang kritis. Pembelajaran yang menarik tentu tidak membuat siswa menjadi bosan. Siswa akan semangat dalam kegiatan prose belajar mengajar.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai tokoh sentral yang harus menggerakkan dan selalu adaftif mengembangkan metode pembelajaran. Gurulah yang menjadi artis di depan. Para siswa akan mengikuti ke mana arah guru membawa jalan pikirannya. Jika guru mampu membangkitkan semangat belajar, tentu siswa akan dengan senang hati melaksanakan perintah. Namun jika guru membawa kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang membosankan tentu akan membuat siswa tidak betah dan malas mengikuti pelajaran. Rata-rata para siswa akan mengerjakan sesuatu yang lain. Misalnya: bermain ponsel, mengerjakan tugas pelajaran lain, atau berbincang dengan temannya melalui media surat menyurat.

Pada kesempatan ini, penulis akan membagi pengalaman tentang kegiatan yang pernah penulis ikuti pada minggu ini. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 November 2019 di Aula SMA Negeri 1 Tuban. Kegiatan ini bernama Workshop Pendidikan dengan tema Inovasi Pembelajaran Integrasi Kecakapan Hidup Abad 21 pada Revolusi Industri 4.0. Pada workshop kali ini ada beberapa perihal penting yang harus diketahui oleh pembaca. Mengutip perkataan Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. bahwa "Guru yang Mengajar dengan Power Point itu Ndeso".
Lalu bagaimana agar tidak dikatakan ndeso?

Workshop Pendidikan yang mengusung tema "Inovasi Pembelajaran Integrasi Kecakapan Hidup Abad 21 pada Revolusi Industri 4.0 menghadirkan narasumber yang tidak asing bagi alumni dan mahasiswa unesa yakni Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. Penulis ingat pada beberapa tahun yang lalu pernah mengikuti kelas beliau yang begitu menarik yakni kelas Media Pembelajaran. Pada kelas yang hanya satu semester, bapak profesor sangat menarik membawakan materi kuliah. Benar saja, tertarik dan tidak pernah bosan jika berjumpa dengan beliau. Tokoh dosen yang sangat dirindukan oleh mahasiswanya. 




Melalui acara workshop yang digelar di Aula SMAN 1 Tuban pada hari Rabu, 6 November 2019 ini diikuti oleh 79 peserta. Dengan rincian yang datang dari guru SD ada sepuluh orang, SMP dua orang, dan dari SMK/SMA ada 66 orang. Belum dari siswa yang bergabung pada ruangan itu sebagai peserta lomba mading.

Kata Profesor: problem pendidik itu ada pada RPP (Rancangan Program Pendidikan). Kebanyakan pendidik membuat RPP berlembar-lembar, melalui sebuah gebrakan baru Bapak Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. mampu memberikan solusi agar RPP tidak dibuat berlembar-lembar namun hanya dalam satu halaman saja. Bagi beliau bahwa anak cerdas itu nomor dua puluh satu, sedangkan yang utama budi pekerti tambahnya. Itulah pendidikan karakter yang harus dijunjung tinggi oleh pendidikan di Indonesia ini.

Guru yang mengajar sampai detik ini masih menggunakan power point merupakan guru ndeso, tuturnya. Sebab guru tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi. Padahal era sekarang adalah era revolusi 4.0. Era yang di mana-mana selalu memanfaatkan kecanggihan teknologi. Rata-rata anak banyak berinteraksi dengan ponselnya.

Pembelajaran masa depan pada Era Revolusi 4.0 guru harus menggunakan jaringan, inovasi, dan konteks. Jaringan itu meliputi elaborasi dan kolaborasi. Inovasi meliputi konstruktif dan produktif. Konteks meliputi fleksibel dan ekletik. Pembelajaran yang dimaksud ialah dengan menggunakan jaringan yang ada kemudian diinovasikan lalu disesuaikan dengan konteks yang ada. Misalnya seperti ini: pada pelajaran bahasa indonesia bab Puisi. Anak diajak untuk mencari sumber informasi di internet menggunakan ponselnya. Anak diberikan soal misalnya membandingkan puisi Sapardi Djoko Damono dan puisi W.S. Rendra. Setelah itu, mereka membuat kolom-kolom perbandingan dengan mengikutsertakan alamat link tempat siswa berburu informasi. 

Penting untuk diketahui seorang guru bahwa untuk mengajar kepada peserta didik tidak menggunakan cara lama. Misalnya dengan metode ceramah atau metode powerpoint. Cara lama dan cara baru dirangkum oleh Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. sebagai berikut.

Ada peringkat satu sampai peringkat empat. Peringkat yang banyak nilainya ialah peringkat empat. Guru semakin mengikuti perkembangan zaman ialah berada pada peringkat empat. 

  • Peringkat 1 examine yakni dicermahkan. Guru ceramah dan anak melaksanakan ujian atau ulangan.
  • Peringkat 2 exercise yakni latihan. Guru mengajar menggunakan buku teks lalu anak diberi tugas untuk membuat rangkuman lalu digunting dan ditempel pada media tertentu.
  • Peringkat 3 experiment yakni percobaan. Guru memberi kasus kepada siswa lalu diberikan pertanyaan dan menganalisis serta mengambil simpulan.
  • Peringkat 4 experiment yakni pengalaman. Guru menugasi siswa untuk mengamati lalu membuat karya. Misalnya sudah mengarah ke produk siswa.
Nah itu dia, bagaimana dengan diri Anda? Termasuk guru peringkat berapa dan apa alasannya? Silakan isi pada kolom komentar.

You Might Also Like

0 Komentar