MATERI KAIDAH KEBAHASAAN RESENSI

Senin, November 28, 2022

Menganalisis Kebahasaan dalam Teks Resensi

Tentang kaidah kebahasaan teks resensi, telah kamu pelajari pula di kelas VIII. Namun, untuk lebih jelasnya, amatilah kembali contoh-contoh teks resensi di atas. Berdasarkan contoh-contoh tersebut tampak bahwa teks resensi memiliki kaidah-kaidah kebahasaan seperti berikut.

1.     Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.

2.     Banyak menggunakan konjungsi temporal: sejak, semenjak, kemudian, akhirnya.

3.     Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab.

4.     Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya,

Perhatikan kata-kata bergaris bawah dalam cuplikan berikut!

Sampai saat ini, kisah Layla-Majnun merupakan cerita yang paling populer di Timur Tengah maupun Asia Tengah, di antara bangsa-bangsa Arab, Turki, Persia, Afgan, Tajiks, Kurdi, India, Pakistan, dan Azerbaijan. Kepopuleran kisah ini memberi inspirasi banyak seniman, baik pelukis, pemusik, maupun pembuat flm, menciptakan beragam karya seni yang menggambarkan kisah-kasih Layla dan Majnun.

Kata-kata tersebut merupakan contoh kata serapan. Kata-kata itu berasal dari bahasa Inggris. Memang dalam perkembangannya, memang bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun asing. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penulisan unsur serapan tersebut adalah penyesuaian ejaan dari bahasa lain itu ke dalam bahasa Indonesia. Khususnya dengan bahasa asing, ejaan-ejaannya itu memiliki banyak perbedaan dengan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan berkaitan dengan penulisan unsur serapan itu. Secara umum peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut.

1.      Satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf, terkecuali untuk bunyi ng, ny, sy, kh yang diwakili oleh dua huruf. Contoh: kromosom bukan khromosom, foto bukan photo, retorika bukan rhetorika, dan tema bukan thema.

2.      Penulisan kata serapan harus sesuai dengan cara pengucapan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Misalnya: cek bukan check, tim bukan team, taksi bukan taxi, dan aki bukan accu.

3.      Penulisan kata serapan diusahakan untuk tidak jauh berbeda dengan kata aslinya. Contoh: aerob (Inggris: aerobe) bukan erob, hidraulik (Inggris: hydraulic) bukan hidrolik, sistem (Inggris: system) bukan sistim, frekuensi (Inggris: frequency) bukan frekwensi.

Mendiskusikan Hal-hal Menarik dalam Buku Kumpulan Cerita

Evaluasi terhadap karya sastra semacam novel lazim disebut dengan resensi, yakni ulasan terhadap kualitas suatu novel. Resensi ditulis untuk menarik minat baca khalayak untuk membaca novel yang diulas. Unsur persuasif sering ditonjolkan dalam resensi. Dengan adanya resensi, pada khalayak timbul keinginan untuk membaca novel itu dan turut mengapresiasinya. Dengan demikian, resensi juga berfungsi sebagai pengantar dan pemandu bagi pembaca dalam menikmati novel tersebut.

Dalam contoh resensi “Petualangan Bocah di Zaman Jepang” dijumpai ringkasan isi buku (novel). Ringkasan tersebut dipaparkan dalam paragraf ke-3 sampai paragraf ke-6. Selain itu, dijelaskan pula perbandingan novel yang diresensi itu dengan novel-novel lainnya (paragraf ke-1 dan ke-7). Yang dibandingkan dalam hal ini adalah unsur tema dan penokohan.

Dalam paragraf ke-7 sampai paragraf ke-10, penulis membahas keunggulan-keunggulan novel tersebut berdasarkan unsur penokohan (paragraf ke-7), unsur latar (paragraf 8-9), dan unsur gaya penyampaian (paragraf ke-10). Walaupun hanya sekilas, penulis juga mengulas beberapa kelemahan novel tersebut, yakni berkenaan dengan kelogisan dan gaya penceritaan. Perhatikan petikan berikut.

1.      Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan bagaimana bisa bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?

2.      Namun uniknya, tidak ada satu pun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi, bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.

Dengan melihat contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk sampai pada tahap pengevaluasian, terlebih dahulu kita harus mampu menganalisis novel itu dengan baik. Pemahaman tentang unsur-unsur novel harus terkuasai dengan baik. Analisis tentang unsur-unsur novel yang telah kita pahami sebelumnya harus menjadi dasar di dalam mengevaluasi novel itu sehingga hasilnya benar-benar objektif dan dapat dipertanggungjawabkaan. Adapun struktur penyajian resensi novel adalah sebagai berikut.

1.     Identitas novel, yang meliputi judul, nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tebal novel.

2.     Menyajikan ikhtisar atau hal-hal menarik dari novel.

3.     Memberikan penilaian, yang meliputi kelebihan dan kelemahannya. Penilaian tersebut sebaiknya meluputi unsur-unsur novel itu secara lengkap, yakni tema, alur, penokohan, latar, gaya bahasa, amanat, dan kepengarangan.

4.     Menyimpulkan resensi yang disajikan.

Untuk sampai pada penyajian resensi novel seperti itu, terdapat sejumlah pertanyaan yang dapat kita jadikan panduan. Berikut pertanyaanpertanyaan yang dimaksud.

1.     Tema

a.      Apakah tema cerita itu?

b.     Apakah tema itu sah dan benar sebagai kebenaran umum?

2.     Alur

a.      Pola apakah yang digunakan pengarang dalam membangun alur ceritanya itu?

b.     Peristiwa-peristiwa apakah yang telah dipilih untuk melayani tema cerita itu?

c.      Apakah terdapat hubungan wajar dan baik antara tema dengan peristiwa-peristiwa itu?

d.     Mengapa suatu peristiwa lebih menonjol daripada yang lainlainnya?

e.      Apakah peristiwa-peristiwa itu disusun secara rapi dan baik sehingga dapat memberikan suatu penekanan yang penting dan berguna?

f.      Apakah peristiwa-peristiwa itu wajar dan hidup?

g.     Bagaimana peristiwa-peristiwa itu mengantarkan perjalanan hidup tokoh utamanya?

3.     Latar

a.      Di mana dan kapankah peristiwa itu terjadi?

b.     Bagaimana peranan latar tersebut dalam keseluruhan cerita: apakah latar tersebut menguatkan atau justru melemahkan cerita?

4.     Penokohan

a.      Bagaimana cara pengarang dalam menampilkan karakter tokohtokohnya?

b.     Apakah karakter tokoh-tokoh itu wajar atau terkesan dibuat-buat?

c.      Bagaimana hubungan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya?

d.     Bagaimana peranan karakter tokoh-tokoh tersebut dalam mendukung tema dan menghidupkan alur cerita?

5.     Sudut pandang

a.      Dari sudut sudut pandang siapakah cerita itu diceritakan?

b.     Apakah sudut pandang itu dijalankan dengan konsekuen dalam seluruh cerita?

6.     Amanat

a.      Apa amanat cerita itu?

b.     Bagaimana cara pengarang menyampaikan amanatnya, bersifat menggurui atau tidak?

7.     Bahasa

a.      Apakah bahasa cerita itu tajam, lincah, dan sugestif?

b.     Gaya bahasa apakah yang dipergunakan dalam cerita itu?

c.      Apakah penggunaan gaya bahasa itu tepat, wajar, dan hidup?

Menulis Resensi dari Buku Kumpulan Cerita

Menulis resensi tidaklah mudah. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan. Berikut persyaratan tersebut.

1.      Penulis harus memiliki pengetahuan di bidangnya. Artinya, jika seorang penulis akan meresensi sebuah novel, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang teori novel dan perkembangannya.

2.      Penulis harus memiliki kemampuan menganalisis. Sebuah buku novel terdiri atas unsur internal dan eksternal atau yang lebih dikenal dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Seorang penulis harus mampu menggali unsur-unsur tersebut.

3.      Seorang penulis juga dituntut memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding. Artinya, penulis akan membandingkan sebuah karya lain yang sejenis. Dengan demikian, ia akan mampu menemukan kelemahan dan keunggulan sebuah karya.

You Might Also Like

0 Komentar