ANALISIS INTERAKSI SOSIAL
Analisis
interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang
perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam
suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila
orang-orang perorangan atau kelompok-kelompokmanusia bekerja sama, saling
berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan
persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa
interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian mana menunjuk pada
hubungan-hubungan sosial yang dinamis (Soekanto, 2003:60—61).
Subordinasi
di bawah seorang individu tampak pada tokoh Ian yang memperjuangkan skripsinya
dengan kerja kerasnya sendiri. Hal tersebut tergambar pada cuplikan dibawah
ini:
Sudah hampir lima hari ini Ian
berkutat dengan buku, ke perpustakaan kampus, ngetik, baca lagi, ngetik lagi,
menyelesaikan misi skripsi (Dhirgantoro, 2012:119).
Berdasarkan
kutipan di atas menunjukkan bahwa adanya perjuangan Ian untuk menyelesaikan
skripsinya. Ian menyelesaikannya selama lima hari dengan cara berkutat dengan
buku, selalu di perpustakaan, mengetik dan membaca lagi demi terselesainya
skripsi agar Ian cepat lulus.
Tiga hari kemudian Ian
mendapatkan kuisionernya sudah terisi dua ratus lembar pas dan lengkap. Setelah
kekenyangan ditraktir Fajar di restoran terkenal sebagai tanda terima kasih
karena udah bantuin kerjaannya, Ian pun menghadap dosennya yang ternyata bukan
sekadar bimbingan, tapi ajang curhat (Dhirgantoro, 2012:131).
Berdasarkan
kutipan di atas menunjukkan bahwa suksesnya pengisian kuisioner untuk
kepentingan skripsi. Skripsi pun dapat dikerjakan lagi dengan data-data
kuisioner yang ada.
Hari-hari selanjutnya Ian mengisi
waktunya bersama SikompibaiksekalitemenIan dengan mengetik, membaca, bikin
tabel, belajar statistik, belajar SPSS, bolak-balik ke kampus hingga mata jadi
sayu kurang tidur (Dhirgantoro, 2012:131).
Berdasarkan
kutipan di atas menunjukkan bahwa kerja keras Ian yang sangat gigih setelah
kuisioner terisi. Ia melanjutkan mengisi waktunya dengan mengetik, membaca,
membuat tabel, belajar statistik, belajar SPSS, berulang kali pergi ke kampus
sehingga membuat Ian kurang tidur. Semuanya itu dilakukan seorang diri. Hal ini
yang menunjukkan bahwa Ian merupakan tokoh dengan bersubordinasi di bawah
seorang individu.
Subordinasi
di bawah kelompok tampak pada kejadian Ian tidak menjadi dirinya sendiri
sehingga dia merasa tidak percaya diri. Teman dalam kelompoknya merasakan
ketidaknyamanan itu. Mereka berusaha untuk menjadikan Ian menjadi dirinya
sendiri. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini:
...Ian yang dulu
adalah Ian yang nggak pede sama dirinya sendiri, yang selalu mencoba jadi orang
lain, yang memandang orang lain selalu lebih hebat dibanding dirinya. Ian yang
dulu, dalam tongkrongan cuma jadi penambah yang banyak omong, bisanya Cuma
nambahin omongan teman-temannya. Ian yang kayaknya tahu apa saja, tapi benernya
cuma bisa ikut-ikutan Genta, ikut-ikutan Arial, ikut-ikutan Zafran, dan
ikut-ikutan Riani (Dhirgantoro, 2012:38).
Setelah
mereka menyadarkan Ian kemudian ia pun sadar akan sikapnya yang membuat
kelompoknya rugi. Ian pun meminta maaf kepada teman-temannya. Hal itu
terggambar pada kutipan di bawah ini.
“Gue minta maaf
sama kalian semua...” Ian meminta maaf lagi (Dhirgantoro, 2012:38).
Subordinasi
di bawah prinsip atau peraturan yang impersonal tampak pada aturan yang dibuat
Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian untuk tidak menemui atau menghubungi satu
sama lain. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini:
Genta meneruskan
sambil menatap keempat-empatnya, “Ya enggak ketemuan dulu, nggak nongkrong
dulu, nggak ke mana-mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang
abis-abisan, nggak teleponan, nggak SMS-an (Dhirgantoro, 2012:38).
Pada kutipan di atas menggambarkan
aturan yang dibuat oleh kelima sahabat ini bahwa larangan atau peraturan yang
dibuat harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Mereka pun memiliki rumus
untuk menggapai asa. Yakni dengan menggantungkan mimpi atau keinginan atau
cita-cita menggantung 5 cm di depan kening agar ia tidak lepas dari mata. Hal
tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:
”Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau
cita-cita, kamu taruh disini, di depan kening kamu, jangan menempel, biarkan dia menggantung,
mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas
dari mata kamu(Dhirgantoro,
2012:378).
ANALISIS REALITAS SOSIAL
Novel
5 Cm karya Donny Dhirgantoro terdapat empat macam realitas sosial yang semua
realitas tersebut mengacu pada masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial
dalam novel tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi, kebudayaan, dan
psikologis. Permasalahan tersebut sebagai dampak adanya interaksi sosial
antartokoh, antara tokoh dengan kelompok, atau antarkelompok. Masalah-masalah
sosial tersebut meliputi masalah persahabatan, percintaan, kemiskinan, dan kejahatan.
Masalah
persahabatan dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantara merupakan permasalahan
sosial yang dialami tokoh-tokoh dalam Novel. Masalah persahabatan tampak pada
hubungan kelima orang yakini Gemta, Zafran, Riani, Arial dan Ian. Sebuah
persahabatan tentunya akan memiliki sebuah permasalahan. Namun
permasalahan-permasalahan tersebut membuat
mereka belajar dan hubungan persahabatan menjadi semakin kokoh. Hal ini tampak
pada kutipa:
Kalau inget
kejadian Ian menemukan dirinya sendiri, yang Ian namakan “Finding Ian”, nggak
sadar mereka berempat tersenyum dan tengok-tengok sendiri. Dari kejadian “Finding
Ian” itu bukan cuma Ian yang belajar, tapi semuanya belajar banyak banget.
Ngeliat Ian yang sekarang, bukanlah Ian yang dulu. Ian yang sekarang lebih
berisik (tetep!). Ian yang apa adanya, yang lucu, jago nyanyi, jago main gitar,
dan ngefans sama Indomie, Manchester United, dan juga Happy Salma (Dhirgantoro,
2012:53).
Kutipan
di atas menggambarkan permasalahan yang dialami kelima sahabat ketika salah
satu temannya bernama Ian tidak menjadi dirinya sendiri. Mereka mengatasi
masalah persahabatan tersebut dan akhirnya Ian berubah menemukan jati dirinya
sendiri. Masalah persahabatan seperti ini juga pernah dialami oleh Ali yang
mempunyai sahabat. Ketika dalam keadaan susah maupun senang Ali dan sahabat-sahabatnya bersama,saat tidak punya uang Ali dan sahabat-sahabatnya akans aling membantu. Hal
tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:
Saataku SMP aku mempunyai sahabat-sahabat yang
kompak dan gokil. Saat itu kami semua senang dengan hal-hal baru
yang menurut kita sangat menyenangkan. Dulu aku dan dua orang sahabatku, Agil danArief tergabung dalam satu grupband yang Black Trick yang didirikan oleh Agil, Wahyu, Arief, Dino dan saya sendiri Ali. Saat itu kami bermain
musik dengan aliran pop rock. Saya beserta kawan-kawan sangat sangat bersemangat saat berada
di studio. Kami biasa nongkrong di rumah Arief, biasanya kami
berkumpul bertujuh dengan tambahan Roni dan Wahyu kecil. Saat itu waktu
kami habiskan dengan bernyanyi, bercanda, mengobrol dan berangan-angan untuk menggapai masa depan
yang menyenangkan. Saat itu kami sangat ingin bila kami
terus berkumpul seperi itu. Kebersamaan dalam persahabatan selalu menjadi motivasi kami. Saat susah senang kami jalani bersama,saat tidak punya uang kami saling membantu. Saat salah satu dari kami patah hati kami bisa terus bersama dan saling menghibur(Ali, 2009).
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang
yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik
yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Kisah percintaan dalam novel 5 cm tergambar pada tokoh
Zafran yang menyukai Dinda (adik Arial). Genta menyukai Riani namun ternyata
Riani menyukai Zafran. Akhirnya Riani dan Zafran pun menikah dan dikarunia
seorang anak. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:
...Mata Riani sudah
berkaca-kaca, tetapi tak ada sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa
kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat bagaimana
kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk
Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat
Riani tersenyum. Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya
melewati malam yang indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo (Dhirgantoro,
2012:367).
Cinta
memang dapat hadir begitu saja, tanpa praduga dan rencana. Rasa cinta yang terjadi
antara Riani dan Zafranjuga terjadi pada Laila. Akhirnya Ia menikah dengan
sahabatnya ketika SMA. Hal itu tampak pada kutipan di bawah ini:
“Sebetulnya saya
tidak menyangka menikah dengan sahabat saya sendiri. Padahal dulunya kita
bersahabat baik, tetapi ternyata kami ditakdirkan untuk menikah. Suamiku dulu
adalah sahabat satu genk saya ketika SMA” (Laila, 2012).
Kemiskinan
merupakan permasalahan sosial yang keberadannya selalu ada di masyarakat.
Masalah kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Natadipura (2012:1)
menyatakan bahwa kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan
dengan kebutuhan, kesulitan, kekurangan dibelbagai keadaan hidup. Sebagian
orang memahami istilah ini secara subjektif dan komparattif, sementara yang lainnya
melihat dari segi moral dan evaluatif, dan yang lain memahami dari sudut yang
telah mapan. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan
kedudukan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada
masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan
merupakan masalah sosial karena mereka beranggapan bahwa semuanya telah
ditakdirkan sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.
Realitas
kemiskinan dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantara digambarkan pada penjual
nasi pecel di Stasiun Lempuyangan. Penjual nasi pecel tersebut adalah seorang
ibu tua yang menggunakan pakaian khas Jawa dan kain batik lusung, mengusung
gendongan makanannya menawarkan dagangannya. Menjual makanan di tengah malam
adalah usaha agar kebutuhannya terpenuhi. Hal tersebut tampak pada kutipan di
bawah ini:
“Cari makan, Nak.
Kalau ndak jual nasi, Mbok ndak punya uang”(Dhirgantoro, 2012:174).
Kutipan
di atas menggambarkan bahwa Mbok, sangat menggantungkan hidupnya dengan
berjualan nasi. Meski usianya sudah enam puluh tahun tetapi semangatnya masih
menggebu. Realitas sosial tokoh Mbok sama seperti yang dialami oleh penjual
nasi di Alun-alun kota Malang. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:
Alun-alun kota Malang, tempat
yang begitu rindang di siang yang terik. Duduk di
bangku taman ditemani es kelapa, sungguh nikmat. Tak
lama ada seorang nenek renta penjual nasi bungkusan keliling menjajakan nasi sehargaRp2000,00. Pada usia yang
cukup renta, 90 tahun tetapi masih mempunyai semangat yang
cukup menggebu-gebu
(Taufan, 2012).
Masalah
kejahatan tampak pada kejadan selepas di stasiun kereta api Blitar. Rombongan
empat pria setengah baya yang berdiri berdesakan yang menaiki kereta tidak
memiliki tiket. Alhasil mereka harus membayar tiket dua kali lipat harga asli
jika beli di loket stasiun. Rombongan itu menganggap bahwa banyak juga yang
tidak membeli karcis kereta. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:
“Banyak Mas yang
ndak beli karcis, bukan aku saja. Mas lihat kan, uangnya banyak sekali di
kantongnya, itu uang dari yang bayar di kereta. Nanti juga uangnya dipangan
dewe..., ora kanggo stasiun,” (dipakai sendiri, nggak untuk stasiun) (Dhirgantoro,
2012:187).
Kasus
tidak membayar tiket kereta api pun pernah dialami oleh Bimo. Bimo tidak
membayar tiket kereta karena petugas kereta tidak pernah memeriksa tiket di
kereta ekonomi. Hal ini tampak pada kutipan di bawah ini:
Sesekali saya tidak
pernah membayar tiket kereta api ekonomi. Petugas kereta ekonomi tidak pernah
memeriksa tiket. Jadinya saya tidak khawatir akan denda (Bimo, 2012).
Adanya
struktur sosial dalam masyarakat menyebabkan masyarakat tersbut mengadakan
hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang
lain karena suatu anggota masyarakat tidak dapat hidup dengan menutup diri
tanpa mengadakan interaksi dengan anggota masyarakat lain. Hal ini didasari
karena memang manusia adalah makhluk sosial.
Dengan
demikian realitas sosial bukanlah suatu keadaan yang tetap, tetapi merupakan
proses dinamis yang di dalamnya terjadi perubahan dan masalah-masalah sosial
karena masyarakat akan ada selama terjadi proses perubahan. Semua proses akan
berubah dan perubahan itu mencakup masalah nilai dan moral sosial, pola-pola
perilaku manusia, kekuasaan, dan sebagainya. Semua itu disebabkan faktor-faktor
biologis, psikologis, ekonomis, dan kultural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar