Cerpen
Suap karya Putu Wijaya ini menceritakan tentang kasus penyuapan. Kasus suap pun
bisa terjadi kepada siapa saja. Suap adalah dorongan yang membuat kita terpaksa
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani dan merugikan orang
banyak. Kasus suap memang sering dilakukan di negeri Indonesia. Para pejabat negara
rela memakan uang haram demi kesenangan mereka semata. Mereka tidak memikirkan
bagaimana dampak dari kecurangan yang mereka perbuat. Bagi mereka uang adalah segalanya.
Jika seseorang itu bersedia menerima suap tersebut maka hal ini membuktikan
bahwa negeri kita sekarang berada dalam keterpurukan yang mendalam. Bagaimana
tidak bila kasus suap terus saja dibiarkan maka kerusakan dan kebohongan akan
terus melanda di negeri yang sayangnya kita cintai ini, Indonesia.
Cerpen
ini menggambarkan ketidakberdayaan tokoh “saya” ketika hendak menolak uang suap.
Tokoh “saya” dalam cerpen Suap tergambar jelas bahwa sebenarnya ia ingin
menerima uang itu tetapi dalam hati kecilnya jika ia menerimanya maka akan
terasa terhina. Ia tidak ingin ditangkap polisi dan menjadi buronan. Di lain
pihak ia memang memerlukan uang itu guna membahagiakan keluarga, membayar utang
di warung, perbaikan gizi sang anak. Hal ini menjadikan tokoh saya mengalami
kegalauan yang mendalam. Sampai pada akhir pemikirannya ia berani mengambil
resiko dengan memakai uang suap tersebut. Meskipun resikonya adakah masuk
penjara jika memang terbukti makan uang suap.
Pada
cerpen ini memiliki hubungan dengan realita sekarang ini. Kasus suap adalah
keadaan yang menguntungkan. Dan teori mimetik ini mengkaji jalan pikiran tokoh “saya
“ dengan realitas yang ada. Kecenderungan suap di dunia nyata pun sangat
membabi buta. Cerpen ini hanya berusaha menggali dan memetik kesimpulan dari
kasus suap yang sedang marak di abad seperti sekarang.
aku kirabukan "suap" yang di tekaan pada cerpen ini,
BalasHapus