Pages

30 Januari 2012

ANALISIS MAKNA DALAM TUTURAN KARIKATUR “OOM PASIKOM”

1.        ABSTRAK
Pada makalah ini, penulis akan melakukan penganalisisan terhadap tuturan Oom Pasikom dalam teori makna yang disebutkan oleh Leech. Penulis akan menganalisis tuturan Oom Pasikom menggunakan tiga teori makna dari tujuh tipe makna yang dikemukakan oleh Leech. Tiga teori makna tersebut meliputi makna stilistik, makna afektif, dan maka tematik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan makna stilistik, makna afektif, dan makna tematik terhadap tuturan karikatur Oom Pasikom.
Tuturan Oom Pasikom pada karikatur pertama “Korban bencana kek, kelaparan kek, kurang gizi kek, makan nasi aking kek, berapa ribu kali saya bilang, saya wakil rakyat tauk!!” Lalu tuturan Oom Pasikom karikatur yang kedua “Jadi kemakmuran kamu cukup saya yang mewakili”
Makna stilistik, makna afektif, makna tematik pada umumnya menganalisis tentang penyampaian pesan penutur terhadap pendengar. Pada tuturan Oom Pasikom ini telah tampak jelas bahwa penutur menggunakan nada tidak sopan untuk mengungkapkan ketidaksenangan. Walaupun begitu penutur masih menggunakan intonasi dan penekanan pada kata-kata tertentu. Hal ini bertujuan agar tuturan yang diucapkan oleh penutur dapat diterima pendengar dengan baik.

2.        PENDAHULUAN
2.1     Latar Belakang Masalah
Sehubungan dengan mata kuliah Semantik, yang dibicarakan pada makalah ini adalah makna dari gaya bahasa Oom Pasikom yang tentunya tidak dapat terlepas dari gaya bahasa itu sendiri. Makna bahasa, khususnya makna kata, berpengaruh oleh berbagai konteks. Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi di luar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbeda terhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk oleh kaitan antara stimulus, kata dengan respon yang terjadi dalam suatu peristiwa ujaran.
Kajian makna kata dalam konteks ini pada gilirannya tentu dapat menjawab permasalahan makna kalimat. Pemahaman makna semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari dan menguasai semantik. Pertama, secara langsung kita akan mempunyai pengetahuan tentang makna bahasa secara mendalam. Kedua, penguasaan semantik akan meningkatkan kompetensi pembelajaran bahasa karena penguasaan makna akan berkaitan erat dengan sejumlah mata kuliah lain, yakni morfologi, sintaksis, pragmatik, fonologi, menulis. Jadi, dengan memahami dan menguasai semantik akan mempermudah dan memperlancar dalam pembelajaran  bahasa berikutnya.
Pada makalah ini, penulis akan melakukan penganalisisan terhadap tuturan Oom Pasikom dalam teori makna yang disebutkan oleh Leech. Leech (2003) menyebutkan dengan membedakan tujuh tipe makna dalam studi semantik. Makna-makna tersebut meliputi makna konseptual, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna tematik. Sedangkan tuturan Oom Pasikom adalah tuturan yang dituturkan seseorang pejabat kepada rakyat jelata. Penulis akan menganalisis tuturan Oom Pasikom menggunakan tiga teori dari tujuh tipe makna yang dikemukakan oleh Leech. Tiga teori makna tersebut meliputi makna stilistik, makna afektif, dan maka tematik. Penulis memilih menggunakan ketiga teori tersebut karena makna stilistik, makna afektif, dan makna tematik tersebut muncul pada tuturan Oom Pasikom.
                                                                                                                            
2.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan sebagai berikut:
a.    Bagaimana  letak makna stilistik terhadap tuturan karikatur Oom Pasikom?
b.    Bagaimana letak makna afektif terhadap tuturan karikatur Oom Pasikom?
c.     Bagaimana letak makna tematik terhadap tuturan karikatur Oom Pasikom?
2.3     Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui letak makna stilistik, makna afektif, dan makna tematik  terhadap tuturan karikatur Oom Pasikom.

3.        KAJIAN TEORI
3.1     Jenis Makna
Pateda (1986) secara alfabetis telah mendaftarkan adanya 25 jenis makna, yaitu makna afektif, makna denotatif, makna deskripif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna iseasional, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna ideasional, makna intensi, makna gramatikal, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna leksikal, makna luas, makna piktonal, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistik, makna tematis. Berbeda dengan Leech (2003) yang menyebutkan dengan membedakan tujuh tipe makna dalam studi semantik. Makna-makna tersebut meliputi makna konseptual, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna tematik.
3.2     Makna Stilistik
Makna stilitik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya. (Geoffrey Leech, 2003:25) Kita mengenali kata atau ucapan sebagai dialek, yaitu yang menunjukkan kepada kita tentang asal-usul penutur menurut lingkungan geografisnya atau lingkungan sosialnya. Ciri lainnya adalah dari bahasanya menunjukkan kepada kita tentang sesuatu hubungan sosial antara penutur dan pendengarnya, kita mendapatkan skala ‘status’ pemakaiannya. Barangkali tidak mengherankan pula ketika kita menemukan kata yang mempunyai makna konseptual yang sekaligus juga makna stalistik yang sama.
Makna stilistik berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. (Abdul Chaer, 2009:73)
3.3     Makna Afektif
Makna afektif adalah istilah yang dipakai untuk jenis makna, seringkali secara eksplisit diwujudkan dalam kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang dipergunakan. (Geoffrey Leech, 2003:28) Kita bisa melihat bahwa bahasa juga dapat mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap pendengarnya, atau sikapnya mengenai sesuatu yang dikatakannya.
Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik terhadap lawan maupun terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif lebih terasa secara lisan daripada secara tertulis. (Abdul Chaer, 2009:73) Makna afektif sebagian besar termasuk kategori parasit dalam arti bahwa untuk mengungkapkan emosi, kita menggunakan perantara kategori makna yang lain konseptual, konotatif, atau stilistik. Ungkapan emosional melalui gaya misalnya saja terlontar jika kita menggunakan nada tidak sopan untuk mengungkapkan ketidaksenangan. Di samping itu ada unsur-unsur bahasa (terutama kata seru seperti Aha! Yippi!) yang fungsinya adalah adalah mengungkapkan emosi. Jika kita menggunakan ini, kita mengkomunikasikan perasaan dan sikap tanpa perantara fungsi semantik yang lain. ((Geoffrey leecg, 2003:29)
3.4     Makna Tematik
Kategori terakhir dari tujuh tipe makna Leech adalah makna tematik. Makna tematik yaitu makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus, dan penekanan. (Geoffrey Leech, 2003:33) Jadi, makna tematik dikomunikasikan dengan cara di mana pesannya disusun atas dasar urutan dan tekanan. Efek komunikatif ke semua kalimat itu mungkin berbeda, ke semua kalimat itu tidak selalu sama dengan satu konteks.

4.        ANALISIS
Pada tuturan Oom Pasikom terlihat ada tuturan yang menunjukkan keberadaan makna stilistik. Makna tersebut terkandung dengan bahasa yang digunakan oleh penutur menunjukkan lingkungan sosial pengguna. Dialek yang dituturkan penutur dapat dianalisis bahwa penutur berasal dari golongan atas/pejabat. Hal ini bisa ditunjukkan dengan kata-kata “.....Saya wakil rakyat tauk” dan pada tuturan “Jadi kemakmuran kamu cukup saya yang mewakili”. Pada tuturan tersebut sudah terlihat jelas bahwa penutur adalah seorang wakil rakyat. Tuturan yang dihasilkan dapat menunjukkan kepada kita tentang asal-usul penutur dengan lingkungan geografisnya. Pada makna stilistik juga dijelaskan mengenai skala status hubungan sosial penutur dan pendengar. Hubungan sosial status keduanya pada tuturan Oom Pasikom memang tampak jelas. Yaitu seoarang penutur yang dari golongan atas dan pendengar dari golongan bawah/rakyat biasa.
Pada kajian teori makna yang kedua penulis mengambil makna afektif. Analisis tuturan Oom Pasikom dengan makna afektif tampak pada skala peringatan penutur dengan ketidaksopanannya terhadap pendengar. Tuturan penutur ada unsur bahasa yang memerlihatkan bahwa penutur tersebut sedang emosi. Unsur bahasa yang menandakannya adalah kata “kek!” yang diucapkan berulang kali. Unsur-unsur bahasa tersebut (terutama kata kek! dan tauk!) yang fungsinya adalah adalah mengungkapkan rasa emosi. Memang tampak jelas bahwa penutur tampak emosi menuturkan beberapa patah kata kepada pendengar. Hal ini bisa dibuktikan pada tuturan “Korban bencana kek, kelaparan kek, kurang gizi kek, makan nasi aking kek, berapa ribu kali saya bilang, saya wakil rakyat tauk!!” Pada tuturan tersebut memang sudah tampak jelas bahwa penutur menggunakan nada tidak sopan untuk mengungkapkan ketidaksenangan.
Analisis yang ketiga menggunakan makna tematik. Makna tematik terlihat ketika cara penutur menata pesannya secara fokus dan tampak adanya penekanan. Kefokusan dan penekanan tersebut tampak pada empat kali penutur mengucapkan kata “kek” dan satu kali mengucapkan kata “tauk”. Hal ini yang menyebabkan suatu tuturan terlihat berintonasi. Jika suatu tuturan tidak diucapakan dengan intonasi yang tepat maka pesan/maksud yang diharapkan tidak dapat disampaikan kepada pendengar dengan baik.

5.        SIMPULAN
Pada tuturan karikatur Oom Pasikom mengandung makna stilistik, makna afektif, dan makna tematik.
Makna afektif tampak pada bahasa yang digunakan oleh penutur yang menunjukkan lingkungan sosial pengguna. Dialek yang dituturkan penutur dapat dianalisis bahwa penutur berasal dari golongan atas/pejabat.
Makna afektif terlihat pada tuturan “Korban bencana kek, kelaparan kek, kurang gizi kek, makan nasi aking kek, berapa ribu kali saya bilang, saya wakil rakyat tauk!!” Pada tuturan tersebut memang tampak jelas bahwa penutur menggunakan nada tidak sopan untuk mengungkapkan ketidaksenangan.
Makna tematik terletak ketika tuturan tersebut memang membutuhkan intonasi. Jika suatu tuturan tidak diucapakan dengan intonasi yang tepat maka pesan/maksud yang diharapkan tidak dapat disampaikan kepada pendengar dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar