Rizky Fitriyanti Pradani
Sudah berbulan-bulan aku membayangkan hidup di sana. Sudah lama dan sekarang tekatku sudah bulat. Tamatan SMP umum yang ingin melanjutkan pendidikan di pondok pesantren bukan hal yang mudah. Terlebih latar belakang dari keluargaku yang awam. Keluarga yang bukan dari keturunan santri dan bukan keluarga dari keturunan kyai. Bahkan aku juga ditentang oleh keluarga besar untuk melanjutkan studi ke pondok pesantren. Memang ini kali pertama ada anak di keluargaku yang ingin sekolah di pondok pesantren.
"Buat apa? Toh di sekolah negeri juga bisa melanjutkan kehidupan? Bukannya di sekolah negeri juga bisa belajar agama? Tidak harus ke pondok pesantren. Juga tidak masalah."
Keluarga besar menanyai perihal yang membuat aku memutuskan pilihan ingin sekolah di pondok. Aku hanya ingin melabui dunia pondok pesantren. Mengenal suasana baru dan aku ingin menyelami lebih dalam tentang agama islam. Bukan berarti di mana-mana tidak bisa menyelami, bukan bukan seperti itu. Hanya aku berkeyakinan diriku yang menariknya untuk di sini, ini pilihanku.
Ada keraguan yang teramat dalam dari segi biaya. Orang tua menentang karena pendapatan yang pas-pasan. Orang tua bekerja sebagai guru pegawai negeri sipil. Gaji guru pada tahun 2006 sangat kecil, tidak seperti sekarang yang ada tunjangan profesi tiap bulannya. Juga aku masih punya dua adik yang masih kecil dan butuh untuk biaya sekolah dan lain-lain. Sangat berat orang tua memikirkan pengeluaran tiap bulannya nanti. Belajar di negeri orang memang tidak seperti belajar di negeri sendiri. Semua harus dipersiapkan dengan matang. Tidak hanya materi namun juga mental dan rasa.
Hanya satu yang kumohon kepada Allah saat itu. Semoga orang tuaku diberikan kemampuan untuk menyekolahkanku di pondok. Semoga keputusanku tidak memberatkan keduanya. Benar saja dalam hitungan hari, Allah mendengar doa-doaku. Allah membuka jalan untukku berangkat ke pondok. Allahu Akbar. Ridho Allah adalah ridho orang tua. Aku percaya, Allah merestuiku untuk aku menyelami dunia pondok pesantren melalui izin kedua orang tuaku.
Terpilihlah kota beriman sebagai kota yang aku tuju nanti. Kota ini memang memiliki empat pondok pesantren besar. Mulai sekerang akan kutata hati ini karena Allah. Studiku karena Allah. Hidup dan matiku juga karena Allah. (Cerita selanjutnya akan aku jadikan buku. Mohon doa restu 🙏🙏)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar