Pages

16 Februari 2012

TANGIS P. Hariyanto Para Pelaku: Fani, Inu, Gina, Jati, Hana

Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
01.    Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap dipandang.
02.    Hana        : (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa menangis?
  Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah,
  Gina, hentikan sebentar tangismu?

03.    Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04.    Hana        : Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa yang harus
   aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita
                                 memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena itu pula maka kita
   juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan
   seorang sahabat kebingungan semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
   dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan
                                 yang tak termaafkan, dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05.    Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.

06.    Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian ikut menangis pula.
07.    Inu             : (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka memang
terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian
Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin, bodoh, dan tak punya
daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis)
Berapa kali mereka melakukannya? Huh, cacing pun  menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia!
Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus
diberi pelajaran, agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah
akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)

08.    Hana        : (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

09.    Inu        : (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan tertawa
  -tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)
10.    Jati         : (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?

11.    Inu        : Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12.    Jati        : Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13.    Inu        : Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14.    Jati        : Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana perasaanmu, Inu?

15.    Inu        : Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16.    Jati        : Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17.    Inu        : (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18.    Jati        : Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!

19.    Inu        : Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20.    Jati        : (Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) “Maaf, kami sedang latihan
  akting menangis, jangan ganggu,ya!? Trim’s!” Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!

21.     Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.

Selesai.

6 komentar:

  1. Pas kutipan cerita ini muncul di soal tugas Bahasa Indonesia dan ga dikutip dengan jelas, aku jadi bingung sendiri. Tapi setelah search dan nemuin versi lebih lengkapnya di blog ini, hidupku tercerahkan. Thx~
    ^._.^

    BalasHapus
  2. Apa jalinan cerita , tema , dialog , info dari drama tersebut?

    BalasHapus