REALITAS SOSIAL DALAM NOVEL “5 CM” KARYA DONNY DHIRGANTORO

Sabtu, Desember 22, 2012



ANALISIS INTERAKSI SOSIAL

Analisis interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompokmanusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis (Soekanto, 2003:60—61).
Subordinasi di bawah seorang individu tampak pada tokoh Ian yang memperjuangkan skripsinya dengan kerja kerasnya sendiri. Hal tersebut tergambar pada cuplikan dibawah ini:

Sudah hampir lima hari ini Ian berkutat dengan buku, ke perpustakaan kampus, ngetik, baca lagi, ngetik lagi, menyelesaikan misi skripsi (Dhirgantoro, 2012:119).

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa adanya perjuangan Ian untuk menyelesaikan skripsinya. Ian menyelesaikannya selama lima hari dengan cara berkutat dengan buku, selalu di perpustakaan, mengetik dan membaca lagi demi terselesainya skripsi agar Ian cepat lulus.

Tiga hari kemudian Ian mendapatkan kuisionernya sudah terisi dua ratus lembar pas dan lengkap. Setelah kekenyangan ditraktir Fajar di restoran terkenal sebagai tanda terima kasih karena udah bantuin kerjaannya, Ian pun menghadap dosennya yang ternyata bukan sekadar bimbingan, tapi ajang curhat (Dhirgantoro, 2012:131).

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa suksesnya pengisian kuisioner untuk kepentingan skripsi. Skripsi pun dapat dikerjakan lagi dengan data-data kuisioner yang ada.

Hari-hari selanjutnya Ian mengisi waktunya bersama SikompibaiksekalitemenIan dengan mengetik, membaca, bikin tabel, belajar statistik, belajar SPSS, bolak-balik ke kampus hingga mata jadi sayu kurang tidur (Dhirgantoro, 2012:131).

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa kerja keras Ian yang sangat gigih setelah kuisioner terisi. Ia melanjutkan mengisi waktunya dengan mengetik, membaca, membuat tabel, belajar statistik, belajar SPSS, berulang kali pergi ke kampus sehingga membuat Ian kurang tidur. Semuanya itu dilakukan seorang diri. Hal ini yang menunjukkan bahwa Ian merupakan tokoh dengan bersubordinasi di bawah seorang individu.
Subordinasi di bawah kelompok tampak pada kejadian Ian tidak menjadi dirinya sendiri sehingga dia merasa tidak percaya diri. Teman dalam kelompoknya merasakan ketidaknyamanan itu. Mereka berusaha untuk menjadikan Ian menjadi dirinya sendiri. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini:

...Ian yang dulu adalah Ian yang nggak pede sama dirinya sendiri, yang selalu mencoba jadi orang lain, yang memandang orang lain selalu lebih hebat dibanding dirinya. Ian yang dulu, dalam tongkrongan cuma jadi penambah yang banyak omong, bisanya Cuma nambahin omongan teman-temannya. Ian yang kayaknya tahu apa saja, tapi benernya cuma bisa ikut-ikutan Genta, ikut-ikutan Arial, ikut-ikutan Zafran, dan ikut-ikutan Riani (Dhirgantoro, 2012:38).

Setelah mereka menyadarkan Ian kemudian ia pun sadar akan sikapnya yang membuat kelompoknya rugi. Ian pun meminta maaf kepada teman-temannya. Hal itu terggambar pada kutipan di bawah ini.
“Gue minta maaf sama kalian semua...” Ian meminta maaf lagi (Dhirgantoro, 2012:38).

Subordinasi di bawah prinsip atau peraturan yang impersonal tampak pada aturan yang dibuat Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian untuk tidak menemui atau menghubungi satu sama lain. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini:

Genta meneruskan sambil menatap keempat-empatnya, “Ya enggak ketemuan dulu, nggak nongkrong dulu, nggak ke mana-mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak teleponan, nggak SMS-an (Dhirgantoro, 2012:38).

Pada kutipan di atas menggambarkan aturan yang dibuat oleh kelima sahabat ini bahwa larangan atau peraturan yang dibuat harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Mereka pun memiliki rumus untuk menggapai asa. Yakni dengan menggantungkan mimpi atau keinginan atau cita-cita menggantung 5 cm di depan kening agar ia tidak lepas dari mata. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

”Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh disini, di depan kening kamu, jangan menempel, biarkan dia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu(Dhirgantoro, 2012:378).

ANALISIS REALITAS SOSIAL

Novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro terdapat empat macam realitas sosial yang semua realitas tersebut mengacu pada masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial dalam novel tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi, kebudayaan, dan psikologis. Permasalahan tersebut sebagai dampak adanya interaksi sosial antartokoh, antara tokoh dengan kelompok, atau antarkelompok. Masalah-masalah sosial tersebut meliputi masalah persahabatan, percintaan, kemiskinan, dan kejahatan.
Masalah persahabatan dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantara merupakan permasalahan sosial yang dialami tokoh-tokoh dalam Novel. Masalah persahabatan tampak pada hubungan kelima orang yakini Gemta, Zafran, Riani, Arial dan Ian. Sebuah persahabatan tentunya akan memiliki sebuah permasalahan. Namun permasalahan-permasalahan tersebut  membuat mereka belajar dan hubungan persahabatan menjadi semakin kokoh. Hal ini tampak pada kutipa:
 
Kalau inget kejadian Ian menemukan dirinya sendiri, yang Ian namakan “Finding Ian”, nggak sadar mereka berempat tersenyum dan tengok-tengok sendiri. Dari kejadian “Finding Ian” itu bukan cuma Ian yang belajar, tapi semuanya belajar banyak banget. Ngeliat Ian yang sekarang, bukanlah Ian yang dulu. Ian yang sekarang lebih berisik (tetep!). Ian yang apa adanya, yang lucu, jago nyanyi, jago main gitar, dan ngefans sama Indomie, Manchester United, dan juga Happy Salma (Dhirgantoro, 2012:53).

Kutipan di atas menggambarkan permasalahan yang dialami kelima sahabat ketika salah satu temannya bernama Ian tidak menjadi dirinya sendiri. Mereka mengatasi masalah persahabatan tersebut dan akhirnya Ian berubah menemukan jati dirinya sendiri. Masalah persahabatan seperti ini juga pernah dialami oleh Ali yang mempunyai sahabat. Ketika dalam keadaan susah maupun senang Ali dan sahabat-sahabatnya bersama,saat tidak punya uang Ali dan sahabat-sahabatnya akans aling membantu. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

Saataku SMP aku mempunyai sahabat-sahabat yang kompak dan gokil. Saat itu kami semua senang dengan hal-hal baru yang menurut kita sangat menyenangkan. Dulu aku dan dua orang sahabatku, Agil danArief tergabung dalam satu grupband yang Black Trick yang didirikan oleh Agil, Wahyu, Arief, Dino dan saya sendiri Ali. Saat itu kami bermain musik dengan aliran pop rock. Saya beserta kawan-kawan sangat sangat bersemangat saat berada di studio. Kami biasa nongkrong di rumah Arief, biasanya kami berkumpul bertujuh dengan tambahan Roni dan Wahyu kecil. Saat itu waktu kami habiskan dengan bernyanyi, bercanda, mengobrol dan berangan-angan untuk menggapai masa depan yang menyenangkan. Saat itu kami sangat ingin bila kami terus berkumpul seperi itu. Kebersamaan dalam persahabatan selalu menjadi motivasi kami. Saat susah senang kami jalani bersama,saat tidak punya uang kami saling membantu. Saat salah satu dari kami patah hati kami bisa terus bersama dan saling menghibur(Ali, 2009).

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Kisah percintaan dalam novel 5 cm tergambar pada tokoh Zafran yang menyukai Dinda (adik Arial). Genta menyukai Riani namun ternyata Riani menyukai Zafran. Akhirnya Riani dan Zafran pun menikah dan dikarunia seorang anak. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

...Mata Riani sudah berkaca-kaca, tetapi tak ada sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat bagaimana kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat Riani tersenyum. Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo (Dhirgantoro, 2012:367).

Cinta memang dapat hadir begitu saja, tanpa praduga dan rencana. Rasa cinta yang terjadi antara Riani dan Zafranjuga terjadi pada Laila. Akhirnya Ia menikah dengan sahabatnya ketika SMA. Hal itu tampak pada kutipan di bawah ini:

“Sebetulnya saya tidak menyangka menikah dengan sahabat saya sendiri. Padahal dulunya kita bersahabat baik, tetapi ternyata kami ditakdirkan untuk menikah. Suamiku dulu adalah sahabat satu genk saya ketika SMA” (Laila, 2012).

Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang keberadannya selalu ada di masyarakat. Masalah kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Natadipura (2012:1) menyatakan bahwa kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan, kekurangan dibelbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subjektif dan komparattif, sementara yang lainnya melihat dari segi moral dan evaluatif, dan yang lain memahami dari sudut yang telah mapan. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial karena mereka beranggapan bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.
Realitas kemiskinan dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantara digambarkan pada penjual nasi pecel di Stasiun Lempuyangan. Penjual nasi pecel tersebut adalah seorang ibu tua yang menggunakan pakaian khas Jawa dan kain batik lusung, mengusung gendongan makanannya menawarkan dagangannya. Menjual makanan di tengah malam adalah usaha agar kebutuhannya terpenuhi. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

“Cari makan, Nak. Kalau ndak jual nasi, Mbok ndak punya uang”(Dhirgantoro, 2012:174).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Mbok, sangat menggantungkan hidupnya dengan berjualan nasi. Meski usianya sudah enam puluh tahun tetapi semangatnya masih menggebu. Realitas sosial tokoh Mbok sama seperti yang dialami oleh penjual nasi di Alun-alun kota Malang. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

Alun-alun kota Malang, tempat yang begitu rindang di siang yang terik. Duduk di bangku taman ditemani es kelapa, sungguh nikmat. Tak lama ada seorang nenek renta penjual nasi bungkusan keliling menjajakan nasi sehargaRp2000,00. Pada usia yang cukup renta, 90 tahun tetapi masih mempunyai semangat yang cukup menggebu-gebu (Taufan, 2012).

Masalah kejahatan tampak pada kejadan selepas di stasiun kereta api Blitar. Rombongan empat pria setengah baya yang berdiri berdesakan yang menaiki kereta tidak memiliki tiket. Alhasil mereka harus membayar tiket dua kali lipat harga asli jika beli di loket stasiun. Rombongan itu menganggap bahwa banyak juga yang tidak membeli karcis kereta. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

“Banyak Mas yang ndak beli karcis, bukan aku saja. Mas lihat kan, uangnya banyak sekali di kantongnya, itu uang dari yang bayar di kereta. Nanti juga uangnya dipangan dewe..., ora kanggo stasiun,” (dipakai sendiri, nggak untuk stasiun) (Dhirgantoro, 2012:187).

Kasus tidak membayar tiket kereta api pun pernah dialami oleh Bimo. Bimo tidak membayar tiket kereta karena petugas kereta tidak pernah memeriksa tiket di kereta ekonomi. Hal ini tampak pada kutipan di bawah ini:

Sesekali saya tidak pernah membayar tiket kereta api ekonomi. Petugas kereta ekonomi tidak pernah memeriksa tiket. Jadinya saya tidak khawatir akan denda (Bimo, 2012).

Adanya struktur sosial dalam masyarakat menyebabkan masyarakat tersbut mengadakan hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain karena suatu anggota masyarakat tidak dapat hidup dengan menutup diri tanpa mengadakan interaksi dengan anggota masyarakat lain. Hal ini didasari karena memang manusia adalah makhluk sosial.
Dengan demikian realitas sosial bukanlah suatu keadaan yang tetap, tetapi merupakan proses dinamis yang di dalamnya terjadi perubahan dan masalah-masalah sosial karena masyarakat akan ada selama terjadi proses perubahan. Semua proses akan berubah dan perubahan itu mencakup masalah nilai dan moral sosial, pola-pola perilaku manusia, kekuasaan, dan sebagainya. Semua itu disebabkan faktor-faktor biologis, psikologis, ekonomis, dan kultural.

You Might Also Like

0 Komentar