PEMBACA AWAM

Minggu, November 18, 2012

Apakah pembaca awam mampu menulis kritik sastra? jelaskan!
 
            Dalam Yudiono K.S., pembaca dengan latar belakang apa pun (misalnya dosen, mahasiswa, guru, pengarang, wartawan, editor, atau redaksi jurnal, dokter, polisi, dan prajurit dapat (boleh, pantas) disebut kritikus apabila telah terbukti menghasilkan kritik sastra secara profesional. Sebaliknya, pembaca yang tidak menyatakan pendapat secara terbuka berarti hanya berpikir atau berpendapat untuk dirinya sendiri tidak tepat disebut kritikus atau pembaca kritis. Terlepas dari kondisi masyarakat apa pun jelaslah bahwa kritikus adalah pembaca yang apresiatif, kreatif, cerdas, terampil, ahli, dan berkarakter. Dengan kata lain, modal kritikus adalah (sekurang-kurangnya) simpati dan apresisi sastra, penguasaan teori dan metode kritik sastra, kecerdasan analisis data, keterampilan menulis, wawasan pengetahuan, dan karakter yang tampak pada sikap hidup dalam konteks masyarakat.
Seorang kritikus sastra harus menguasai teori dan sejarah sastra. Dengan menguasai spesialisasi itu maka hasil kritiknya juga dilandasi dengan pengetahuan teoritis dan historis sastra secara benar. Di dalam melakukan penilaian terhadap karya sastra seorang kritikus harus bisa menyodorkan argumentasi yang bisa menjelaskan karya yang dikritiknya.
Jadi pembaca awam mampu menulis kritik sastra jika memiliki penguasaan teori dan metode kritik sastra, kecerdasan analisis data, keterampilan menulis, wawasan pengetahuan, dan karakter. Mereka mampu hanya saja seorang kritikus dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang aspek historis dan teoritis.

DAFTAR RUJUKAN
Yudiono K.S. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.  

You Might Also Like

0 Komentar